Enjoy In Your Live . . . . with smile that beauty . . . (+_+)

  • RSS
  • Delicious
  • Digg
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin
  • Youtube

You need to upgrade your Flash Player to version 10 or newer.

Teguh Janji Pada Bunda

Pada suatu masa hiduplah seorang anak yatim yang bernama Abu Yazid Al-Bustami. meski tidak hidup dalam limpaha kekayaan, Al-Bustami selalu bersemangat dalam mencari ilmu. Pada suatu hari dia bermaksud pergi ke Bahdad untuk menimba ilmu dari ulama - ulama terkemuka di sana.
Ketika berpamitan dengan ibunya, sang ibu membekalinya dengan uang sebesar 40 dinar emas yang merupakan harta warisan dari ayahnya. setelah meminta Al-Bustami untuk menyimpan uang itu baik - baik dalam lipatan bajunya, sang ibu meraih tangan Al-Bustami dan berkata,
"Anakku sayang, letakkan tanganmu diatas tanganku dan berjanjilah untuk selalu berlaku jujur serta tidak akan berdusta untuk selama lamanya." 
"Aku berjanji wahai ibu, " kata Al-Bustami, "untuk berlaku jujur dan tidak akan berdusta untuk selama-lamanya".

Setelah membuat perjanjian itu, dan mengucapkan salam perpisahan pada ibunya, Al-Bustami pun berangkat menuju Bahdad, ikut rombongan kafilah yang juga bermaksud menuju kesana. Namun ditengah - tengah perjalanan, kafilah Al-Bustami dihadang sekolompok perampok yang beraksi mencegat kafilah-kafilah dagang ditengah padang pasir, karena perampok itu berjumlah banyak dan bengis, maka segera saja bisa menguras segala harta berharga yang dimiliki oleh anggota kafilah tanpa mengalami banyak perlawanan.

Semua anggota kafilah diperiksa dan dikuras hartanya, kecuali Al-Bustami yang tampak begitu muda, rapuh dan kumal penampilannya. hapir saja Al-Bustami terlewati oleh mereka, ketika salah seorang perampok secara lewat begitu saja lalu bertanya pada Al-Bustami, "Apakah engkau membawa barang berharga?"
"Iya, aku membawa 40 dinar uang emas di dalam bajuku," jawab Al-Bustami mantap.
Anggota kelompok yang mendengar jawaban Al-Bustami tertawa terbahak-bahak tidak percaya. bagaimana mungkin seorang anak yang terlihat kumal dan miskin seperti dia bisa membawa uang sebanyak 40 dinar emas ?
Dengan jengkel karena merasa dipermainkan, kelompok perampok ini pergi meninggalkan Al-Bustami untuk melapor kepada ketua mereka. Setelah mendengar cerita suksesnya penyerangan mereka, ketua kelompok 
perampok ingin memastikan bahwa semua harta berharga sudah mereka rampas.

"Sudahkah semua orang kalian geledah?" tanyanya dengan suara menggelegar.
"Sudah, Ketua, kecuali seorang anak kecil gembel mengaku-aku membawa uang 40 dinar emas dalam bajunya," jawab seorang anak buahnya.

"Apa?" Sang Ketua terkejut. "lalu mengapa tidak engkau geledah dia?" lanjutnya dengan marah.

"Sebab, dia hanyalah seorang anak yang begitu muda, rapuh dan terlihat kumal pula. kami rasa dia hanya mempermainkan kami saja," jawab anak buahnya lagi.

Tidak puas dengan kejadian ini, sang ketua perampok menyuruh anak buahnya untuk mengejar kembali kafilah Al-Bustami, menangkapnya dan membawanya kehadapannya. Jadilah kelompok perampok itu kembali memacu kuda mengejar rombongan kafilah yang telah mereka rampok dan menangkap Al-Bustami.
Di hadapan ketua perampok, Al-Bustami diamati dengan teliti, lalu ditanya, "Apakah engkau membawa sesuatu barang yang berharga?"

Al-Bustami memandang ketua perampok itu dan menjawab dengan mantap. "Iya, aku ada membawa barang berharga, yaitu uang emas sebanyak 40 dinar."
Tidak yakin dengan perkataan Al-Bustami yang tampak kumal dan miskin, ketua perampok berkata lagi. "Tunjukkanlah uangmu kepadaku kalau benar engkau membawanya."

Maka, dengan hati - hati, Al-Bustami merogoh kebalik lipatan bajunya dan memperlihatkan 40 dinar uang emas yang dibekali oleh ibunya.
Alangkah terkejutnya ketua perampok melihat uang itu. Maka ia pun bertanya dengan nada heran, "Apakah kamu sudah gila hei anak muda ? Mengapa engkau justru menunjukkan uang yang sudah tersembunyi rapi itu kepada kami ? Padahal engkau tahu bahwa kami akan merampasnya ?"

Maka Al-Bustami pun menjawab, "Sungguh, demi Allah, sebelum keberangkatanku ke Bahdad, aku telah berjanji pada ibuku untuk selalu berkata jujur dimanapun aku berada dan tidak akan berdusta untuk selama-lamanya. Maka aku berkata jujur karena tidak mau melanggar perjanjianku pada ibuku."
Mendengar perkataan Al-Bustami, memerahlah muka kawanan perampok itu karena merasa malu. Bahkan mata ketua perampok tampak berlinang air mata. Lantas dengan suara serak ketua perampok itu berkata,
"Laa Hawla wa Laa Quwwata illa Billah....."

Engkau berkata jujur karena takut melanggar perjanjian yang kau buat dengan ibumu ? Sementara kami ini justru tidak takut melanggar perjanjian kepada Allah dengan berbuat maksiat ?"
Kawanan perampok yang lain tertunduk, hingga ketua perampok itu berkata lagi. "Maka persaksikanlah olehmu wahai anak muda, bahwa kami bertaubat dari berbuat maksiat, merampok dan mencuri untuk selama - lamanya." 

Tak terpikirkan bahagiannya hati Al-Bustami mendengar pernyataan taubat kawanan perampok itu. Dan dia bersyukur bahwa Allah membalas baktinya menjaga perjanjian dengan ibunya dengan hidayah kepada kawanan perampok itu. Maka tidak ada kata lain yang di ucapkan oleh Yazid Al-Bustami kecuali, "Alhamdulillahi Rabbil 'Alamin."

1 komentar:

ahmad kastella mengatakan...

blog anda bagus skali z terkesan meliatx ......