Enjoy In Your Live . . . . with smile that beauty . . . (+_+)

  • RSS
  • Delicious
  • Digg
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin
  • Youtube

You need to upgrade your Flash Player to version 10 or newer.

Teguh Janji Pada Bunda

Pada suatu masa hiduplah seorang anak yatim yang bernama Abu Yazid Al-Bustami. meski tidak hidup dalam limpaha kekayaan, Al-Bustami selalu bersemangat dalam mencari ilmu. Pada suatu hari dia bermaksud pergi ke Bahdad untuk menimba ilmu dari ulama - ulama terkemuka di sana.
Ketika berpamitan dengan ibunya, sang ibu membekalinya dengan uang sebesar 40 dinar emas yang merupakan harta warisan dari ayahnya. setelah meminta Al-Bustami untuk menyimpan uang itu baik - baik dalam lipatan bajunya, sang ibu meraih tangan Al-Bustami dan berkata,
"Anakku sayang, letakkan tanganmu diatas tanganku dan berjanjilah untuk selalu berlaku jujur serta tidak akan berdusta untuk selama lamanya." 
"Aku berjanji wahai ibu, " kata Al-Bustami, "untuk berlaku jujur dan tidak akan berdusta untuk selama-lamanya".

Setelah membuat perjanjian itu, dan mengucapkan salam perpisahan pada ibunya, Al-Bustami pun berangkat menuju Bahdad, ikut rombongan kafilah yang juga bermaksud menuju kesana. Namun ditengah - tengah perjalanan, kafilah Al-Bustami dihadang sekolompok perampok yang beraksi mencegat kafilah-kafilah dagang ditengah padang pasir, karena perampok itu berjumlah banyak dan bengis, maka segera saja bisa menguras segala harta berharga yang dimiliki oleh anggota kafilah tanpa mengalami banyak perlawanan.

Semua anggota kafilah diperiksa dan dikuras hartanya, kecuali Al-Bustami yang tampak begitu muda, rapuh dan kumal penampilannya. hapir saja Al-Bustami terlewati oleh mereka, ketika salah seorang perampok secara lewat begitu saja lalu bertanya pada Al-Bustami, "Apakah engkau membawa barang berharga?"
"Iya, aku membawa 40 dinar uang emas di dalam bajuku," jawab Al-Bustami mantap.
Anggota kelompok yang mendengar jawaban Al-Bustami tertawa terbahak-bahak tidak percaya. bagaimana mungkin seorang anak yang terlihat kumal dan miskin seperti dia bisa membawa uang sebanyak 40 dinar emas ?
Dengan jengkel karena merasa dipermainkan, kelompok perampok ini pergi meninggalkan Al-Bustami untuk melapor kepada ketua mereka. Setelah mendengar cerita suksesnya penyerangan mereka, ketua kelompok 
perampok ingin memastikan bahwa semua harta berharga sudah mereka rampas.

"Sudahkah semua orang kalian geledah?" tanyanya dengan suara menggelegar.
"Sudah, Ketua, kecuali seorang anak kecil gembel mengaku-aku membawa uang 40 dinar emas dalam bajunya," jawab seorang anak buahnya.

"Apa?" Sang Ketua terkejut. "lalu mengapa tidak engkau geledah dia?" lanjutnya dengan marah.

"Sebab, dia hanyalah seorang anak yang begitu muda, rapuh dan terlihat kumal pula. kami rasa dia hanya mempermainkan kami saja," jawab anak buahnya lagi.

Tidak puas dengan kejadian ini, sang ketua perampok menyuruh anak buahnya untuk mengejar kembali kafilah Al-Bustami, menangkapnya dan membawanya kehadapannya. Jadilah kelompok perampok itu kembali memacu kuda mengejar rombongan kafilah yang telah mereka rampok dan menangkap Al-Bustami.
Di hadapan ketua perampok, Al-Bustami diamati dengan teliti, lalu ditanya, "Apakah engkau membawa sesuatu barang yang berharga?"

Al-Bustami memandang ketua perampok itu dan menjawab dengan mantap. "Iya, aku ada membawa barang berharga, yaitu uang emas sebanyak 40 dinar."
Tidak yakin dengan perkataan Al-Bustami yang tampak kumal dan miskin, ketua perampok berkata lagi. "Tunjukkanlah uangmu kepadaku kalau benar engkau membawanya."

Maka, dengan hati - hati, Al-Bustami merogoh kebalik lipatan bajunya dan memperlihatkan 40 dinar uang emas yang dibekali oleh ibunya.
Alangkah terkejutnya ketua perampok melihat uang itu. Maka ia pun bertanya dengan nada heran, "Apakah kamu sudah gila hei anak muda ? Mengapa engkau justru menunjukkan uang yang sudah tersembunyi rapi itu kepada kami ? Padahal engkau tahu bahwa kami akan merampasnya ?"

Maka Al-Bustami pun menjawab, "Sungguh, demi Allah, sebelum keberangkatanku ke Bahdad, aku telah berjanji pada ibuku untuk selalu berkata jujur dimanapun aku berada dan tidak akan berdusta untuk selama-lamanya. Maka aku berkata jujur karena tidak mau melanggar perjanjianku pada ibuku."
Mendengar perkataan Al-Bustami, memerahlah muka kawanan perampok itu karena merasa malu. Bahkan mata ketua perampok tampak berlinang air mata. Lantas dengan suara serak ketua perampok itu berkata,
"Laa Hawla wa Laa Quwwata illa Billah....."

Engkau berkata jujur karena takut melanggar perjanjian yang kau buat dengan ibumu ? Sementara kami ini justru tidak takut melanggar perjanjian kepada Allah dengan berbuat maksiat ?"
Kawanan perampok yang lain tertunduk, hingga ketua perampok itu berkata lagi. "Maka persaksikanlah olehmu wahai anak muda, bahwa kami bertaubat dari berbuat maksiat, merampok dan mencuri untuk selama - lamanya." 

Tak terpikirkan bahagiannya hati Al-Bustami mendengar pernyataan taubat kawanan perampok itu. Dan dia bersyukur bahwa Allah membalas baktinya menjaga perjanjian dengan ibunya dengan hidayah kepada kawanan perampok itu. Maka tidak ada kata lain yang di ucapkan oleh Yazid Al-Bustami kecuali, "Alhamdulillahi Rabbil 'Alamin."

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh….

Jodohku,
Bagaimana keadaanmu saat ini ?, semoga dirimu tetap di dalam naunganNya. Semoga setiap langkah kakimu mendapatkan berkah dariNya.
Mungkin kau bingung kenapa diriku mengirimkan surat ini, sungguh tak ada maksud apapun dariku untukmu kecuali rasa cinta dan rindu ku yang mendalam terhadapmu. Semoga rasa cinta dan rindu ini merupakan berkah dariNya untuk diriku, aamiin ya Rabbal ‘alamin…
Jodohku mungkin sekarang kita belumlah bertemu, tapi yakinlah janjiNya kepada kita semua. Janganlah takut kita tidak akan bertemu, karena pertemuan kita adalah suatu kepastian dariNya.
Dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah.” (QS. Adz Dzariyat: 49)
“Maha Suci Tuhan yang Telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui.” (QS. Yaasiin36).
Mungkin saja kita tidak akan berjumpa di dunia ini, tapi insya Allah kita akan bertemu di surgaNya kelak.
Jodohku,
Janganlah kau jadikan masa menunggu ini sebagai alasan. Janganlah kau jadikan jodoh itu sebagai bentuk pelegalan berbagai macam bentuk pacaran. Maukah engkau memulai suatu ibadah dengan perbuatan dosa ? tentu tidakkan, sungguh tak ada maksud lain dariku untuk melarangmu berpacaran melainkan rasa cinta dan sayang dariku yang begitu mendalam.
Jodohku,
Sungguh rasa rinduku terhadapmu sangatlah besar, besar harapku untuk sesegera mungkin bertemu denganmu. Ingin rasanya ku untuk secepat mungkin mencurahkan rasa cintaku padamu, ingin rasanya diriku untuk menyempurnakan setengah dienku. Tapi apa daya kita sekarang belumlah bertemu, mungkin ini adalah sebuah skenario indah dariNya agar kita lebih bersabar dan menerima setiap ketentuannya.Serta mempertemukan kita di waktu dan tempat yang terindah.
Jodohku,
Ingatkah engkau dengan janjiNya…
Wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). (QS An Nur:26)
Oleh karena itu marilah kita bersama-sama untuk menjadi yang terbaik. Kita jadikan waktu yang tersisa ini untuk menjadi lebih baik, sungguh di sini ku kan selalu mendo’akanmu untuk dipermudahkan dalam menjalankan perintahNya dan menjauhi laranganNya. Dan ku sangat berharap agar dirimu pun mendo’akan yang sama bagiku.
Jodohku,
Ingatlah di sini ku kan setia menantimu. Ku harap kaupun juga setia dalam penantian ini, penantian akan saat-saat indah itu. Saat-saat terindah dalam menjalani dien ini, saat-saat telah sempurnanya setengah dien kita.
Andaikan ujian datang melanda
Tetaplah bersabar hai adinda
Yakinkan segalanya pada yang kuasa
Moga ikatan suci yang terjalin
Mendapat ridho Ilahi
Bahagia jelanglah bahagia…. (Justice Voice)
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh…

Penantian Puluhan Tahun Seorang Gadis

Sholat jum’at baru saja usai ditunaikan. Pak Yunus seperti biasa masih berada dalam masjid bersama beberapa bapak yang lain. Tiba-tiba, baru saja selesai berdzikir, Pak Daud menghampiri Pak Yunus: menepuk pundak Pak Yunus lantas berjabat tangan. Ya, Pak Yunus dan Pak Daud sudah berteman sejak lama semenjak dipertemukan dalam satu pengajian.
“Gimana kabarnya Pak?”, sapa Pak Daud
“Alhamdulillah baik. Bapak sendiri gimana?”, balas Pak Yunus
“Alhamdulillah.. (terdiam sebentar). Ngomong-ngomong,, masih sendirian aja nih Pak?”, Pak Daud melempar pertanyaan gurauan yang selama ini sering diajukannya.
Pak Yunus hanya tersenyum seperti biasanya jika ditanya hal itu.
Semenjak istri Pak Yunus meninggal dunia beberapa tahun lalu, Pak Yunus menjalani hari-harinya tanpa pendamping. Usianya yang sudah kepala 6 pula yang sepertinya menjadi salah satu keputusan untuk tak ingin menikah lagi. Ketiga anaknya yang telah berkeluarga membuat Pak Yunus semakin kesepian. Ya, sebagai seorang laki-laki, terkadang perasaan membutuhkan seorang pendamping di hari tua, juga dialami oleh Pak Yunus.
Banyak teman di sekitar Pak Yunus yang menyarankan untuk menikah lagi, termasuk Pak Daud.
***
1 Syawal 1430 H
“Hei,, saudara-saudara,, Tasya mau nikah 2011 nanti..”, Mira, menantu Pak Daud, tiba-tiba berteriak di ruang tengah saat kumpul keluarga besar Pak Daud.
Spontan, saudara-saudara yang lain langsung bertanya ke yang bersangkutan, Tasya, anak bungsu Pak Daud.
“Bener Sya?”
“Bener ka Tasya?”
Tasya hanya menanggapi pertanyaan-pertanyaan itu dengan senyuman, sambil berkata: “Itu hanya rencana pribadi. Belum tau rencana ALLAH nantinya..”
Di sisi lain, Tante Yeni hanya terdiam, dan tersenyum yang cukup dipaksakan. Tante Yeni adalah adik perempuan Pak Daud yang belum juga bersuami di usianya yang menjelang kepala 5.
Tasya menangkap semburat yang tidak mengenakkan ketika melihat wajah tante Yeni. Tasya sadar dan merasakan apa yang tante Yeni rasakan: keponakannya sudah merencanakan akan menikah,, sementara dirinya??. Mungkin hal itulah yang ada di pikiran tante Yeni, pikir Tasya.
Tante Yeni memang belum menikah hingga saat ini, yang mungkin seharusnya sudah saatnya mempunyai anak atau bahkan menimang cucu. Tapi, ya itulah jodoh. Tante Yeni bisa dibilang belum menemukan jodohnya hingga saat ini.
Apakah karena masalah kecantikan? Ooohh,, tentu tidak! Tante Yeni cukup cantik dengan kulit putihnya. Apakah karena agamanya? Oooohh,, jangan salah,, tante Yeni adalah wanita yang sangat menjaga qiyamullail. Apakah karena hartanya? Ooohh,, tentu saja tante Yeni cukup mandiri untuk menghidupi dirinya walaupun tanpa pekerjaan tetap, yang penting tetap berpenghasilan. Apakah karena keturunannya? Ooohh,, tante Yeni adalah keturunan terhormat, dari bapak yang seorang kepala sekolah. Lantas,, apa yang membuatnya hingga saat ini belum juga menikah??
Ya, itulah misteri jodoh. Kita tak kan pernah tahu kapan datangnya, dan kita tak kan pernah tahu dengan siapa kita berjodoh. Kita hanya bisa menanti, berusaha, berdo’a dan terus memperbaiki diri.
***
Seperti jum’at biasanya, beberapa bapak masih berdzikir di dalam masjid usai sholat jum’at, termasuk Pak Yunus dan Pak Daud. Pak Yunus menghampiri Pak Daud yang sedang berada di pojok masjid.
“Assalamu’alaykum. Pak..”, sapa Pak Yunus sambil menjabat tangan Pak Daud.
“Wa’alaykumusalam..”, jawab Pak Daud hangat.
Pak Yunus menyampaikan maksudnya; ia ingin menikah lagi dan ingin mencoba berkenalan dengan adik perempuan Pak Daud, tante Yeni.
Pak Daud dengan senang hati menerima tawaran itu dan mengabarkan hal ini kepada adiknya, tante Yeni. Tante Yeni pun mengiyakan; hal ini yang tentunya sangat dinantikan tante Yeni.
Pertemuan pertama pun sudah diatur oleh Pak Daud. Pak Daud menemani Pak Yunus untuk berkunjung ke rumah orangtua Pak Daud, yang tak lain dan tak bukan adalah tempat tinggal tante Yeni. Mereka berbincang dan berkenalan lebih dalam.
Pertemuan demi pertemuan dilakukan. Tak ada jalan berdua, selalu ada yang menemani, layaknya ta’aruf pada umumnya. Hanya ada 4 kali pertemuan dan kedua belah pihak keluarga juga menyetujui, termasuk anak-anak Pak Yunus. Akhirnya khitbah pun dilangsungkan.
***
Keluarga besar Pak Daud telah berkumpul sejak pagi di rumah orangtua Pak Daud. Hari ini akan ada ada pertemuan dua keluarga: keluarga Pak Yunus dan keluarga tante Yeni.
Di sela-sela persiapan khitbah, Tasya menemani tante Yeni di kamarnya dan bermaksud mendapatkan cerita yang menarik dari proses ini. Proses menuju pernikahan seorang gadis berumur 40-an dengan duda berumur 60-an, sungguh kisah yang unik.
“Gimana tante perasaannya?”, tanya Tasya to the point.
“Yaaaa,, gak nyangka aja. Padahal kamu yang udah ngerencanain nikah, sedangkan tante gak punya rencana apa-apa. Tapi ternyata sekarang tante mau dilamar..”, jawab tante Yeni sumringah.
“Ya,, gitu deh kalo udah rencana ALLAH. Aku juga itu baru rencana pribadi. Gak tau deh ke depannya gimana. Mungkin bisa dipercepat atau diperlambat sama ALLAH dari rencanaku.”, Tasya semakin bijak dalam kata-kata.
“Iya, padahal kan tante udah hampir 50 umurnya. Tapi ternyata emang baru saat ini ALLAH memberikan jodoh itu. Nggak tau kenapa pas sama Pak Yunus, terasa dimudahin banget prosesnya, cuma 4 kali ketemuan. Pas ketemuan 2 kali, dia sms kalo mantap dengan pilihannya. Pas ketemu sama anak-anaknya, tante juga gak merasa takut, biasa aja. Ya, tante mah berdoa aja sama ALLAH, jika memang ini yang terbaik maka dekatkanlah dan mudahkanlah, dan jika memang bukan terbaik untukku, maka jauhkanlah dengan baik-baik. Alhamdulillah,, proses itu dimudahkan dan hati tante pun mantap.”, cerita panjang tante Yeni begitu membuat Tasya terperangah.
“Semoga lancar ya Tan,, ke depannya..”, Tasya menguatkan tante Yeni, sambil bersiap menuju ruang keluarga karena sudah banyak yang menunggu.
***
Setelah khitbah, hari itu juga keluarga besar tante Yeni pun berkumpul untuk membicarakan resepsi pernikahan yang sungguh unik ini. Mulai dari membuat undangan, kepanitiaan sampai pembagian tugas. Ya, resepsi pernikahan yang akan dilangsungkan tak jauh beda dengan resepsi pernikahan pasangan muda pada umumnya.
***
Akad nikah yang dilangsungkan beberapa hari setelah Hari Raya Idul Adha begitu khidmat. Undangan para anak yatim piatu turut merasakan kebahagiaan kedua mempelai pada resepsi pernikahan. Dan kini, doa tante Yeni terkabul sudah; menutup masa lajangnya.
***
Kisah ini terinspirasi dari kisah nyata tanteku. Ya, dalam masa penantian menemukan jodohnya, tak sepatah katapun kudengar dari bibirnya menyalahkan takdir, menyalahkan ALLAH yang seolah tak berpihak padanya. Dalam masa penantian itu, dia sibukkan dirinya dengan ibadah kepada ALLAH dan kegiatan social di lingkungannya. Hingga akhirnya, selama penantian bertahun-tahun, puluhan tahun lamanya, teruji sudah kesabarannya, dan ia pun mendapatkan jodoh yang insya ALLAH terbaik menurut ALLAH.
Itulah misteri jodoh. Kita tak kan pernah tahu kapan jodoh itu datang. Manusia hanya bisa berencana. Namun, ALLAH-lah yang berkehendak atas semuanya. Bisa saja jodoh kita datang menjadi lebih cepat atau bahkan lebih lambat dari rencana kita sebelumnya.
Kita pun tak kan pernah tahu dengan siapa kita berjodoh. Entah itu dengan orang yang sudah dekat dengan kita maupun orang jauh sekalipun yang tak pernah saling bertemu. Atau bahkan kita tak dipertemukan dengan jodoh kita di dunia ini, tapi di syurga-NYA nanti. Allahu Akbar!
Saudaraku, yakinlah bahwa ALLAH telah menyiapkan scenario terbaik untuk kita dalam masalah jodoh. Tak perlu khawatir. Karena ALLAH telah berkata dalam Q.S An-Nahl:72
“Dan Allah telah menjadikan jodoh-jodoh kamu sekalian dari jenismu sendiri, lalu menjadikan anak-anak dan cucu bagi kamu dari jodoh-jodohmu.”
Saudaraku, jangan pernah terbersit sedikitpun bahwa ALLAH tak adil karena sampai saat ini jodoh belum juga menghampiri. Coba instrospeksi diri. Gunakan masa penantian jodoh ini dengan terus berikhtiar, berdoa dan terus sibuk memperbaiki diri. Bukankah kita menginginkan jodoh yang baik? Seperti yang dijanjikan-NYA dalam Q.S An-nuur:26
” Wanita – wanita yang keji adalah untuk laki – laki yang keji dan laki – laki yang keji adalah untuk wanitayang keji. Dan wanita – wanita yang baik adalah untuk laki – laki yang baik, dan laki – laki yang baik adalah untuk wanita – wanita yang baik (pula).”
Teruntuk tanteku:
“Barakallahu Laka Wa Baraka ‘Alaika Wa Jama’a Bainakuma Fi Khair”

Dan Santri Pun “Jatuh Hati”

Hari ini usiaku “genap” 23 tahun. Tepat 3 tahun yang lalu aku menyelesaikan hapalan Qur’anku. Kini sudah hampir separuh jalan, aku akan menyelesaikan pendidikan strata satuku di universitas tertua di dunia ini. Insya Allah kurang dari dua tahun lagi aku akan mendapatkan gelar LC dari Universitas Al-Azhar. Tapi ada satu hal yang mengganjal di hati dan itu terus saja mengganggu fikiranku. Sejak 2 tahun yang lalu rasa ini muncul. Wanita itu sungguh mempesona. Pakaiannya yang menutup rapat tubuhnya, juga sikapnya benar-benar membuat hati ini gundah gulana. Saat itu kami bersama 27 teman lainnya berangkat bersama menuju bumi para Nabi ini lewat jalur beasiswa yang disponsori oleh DEPAG RI. Sekarang perasaan itu kian kuat dan semakin dalam. Apalagi setelah mengetahui prestasi-prestasi yang diraih oleh wanita shalihah itu selama di sini. Aku sudah ber”azzam” akan segera melamar wanita itu jika kuliahku selesai. 2 tahun lagi bukan waktu yang lama. Tapi bagaimana mengungkapkan “rasa” ini kepadanya. Aku khawatir sebelum selesai kuliah dia sudah jadi milik orang lain. Dengan pesona yang dimilikinya pasti sudah banyak pria yang mengincarnya. Duh..! aku harus bagaimana? Sulit sekali membuang “rasa” ini.
Temanku mengakhiri ceritanya. Perasaan yang sudah begitu kuatnya dan itu adalah pertama kalinya. Begitupun dengan salah seorang sahabatku lainnya. Ia yang juga sudah menyelesaikan hapalan Qur’annya dan sekarang juga sedang melanjutkan studi di universitas yang sama, merasakan persis dengan yang dirasakan oleh temanku tadi. Bedanya ia sempat mengutarakan perasaannya kepada wanita pilihannya itu. Tetapi sebuah pesan singkat via sms ia terima,
“maaf ana gak bisa, semoga akh mendapatkan istri yang lebih baik dari ana”.
Namun ia mengatakan bahwa perasaan itu tidak hilang. Sahabatku itu masih yakin bahwa “akhwat” itulah yang akan menjadi pendamping hidupnya kelak. Walaupun kenyataan berkata lain, karenamenurut kabar terbaru yang dia terima, ternyata “akhwat” itu sudah dilamar orang lain.
Hari itu benar-benar istimewa. Kurang dari 24 jam 3 orang temanku seolah bergantian menceritakan perihal perasaan hati mereka. Anehnya semua masalah mereka sama, tentang “CINTA”.
Seorang lagi mengatakan saat ini kuliahnya hampir rampung. Ia juga sudah memiliki penghasilan lumayan dan bahkan lebih dari cukup hasil usahanya bekerja di salah satu perusahaan di Medan. Seorang wanita yang sama-sama aktif dalam kegiatan ROHIS di kampusnya berhasil menarik hatinya. Ia ingin segera melamar wanita shalihah itu tapi keraguan menyelimuti hatinya. Ia takut kalau lamarannya di tolak.
Islam adalah agama fitrah. Tidak pernah mengajak manusia untuk memerangi tabiatnya. Hanya saja Islam mengarahkan manusia agar tidak berbuat seenaknya. Tapi harus dengan cara-cara elegan, terhormat sesuai dengan fitrah manusia yang merupakan makhluk yang mulia disebabkan akal yang dimilikinya.
Cinta ada sebuah kemestian. Bahkan disebutkan bahwa hidup tanpa cinta tidak akan ada artinya. Seolah gurun tandus yang tak ditumbuhi pepohonan. Gersang, panas, kering.
Allah yang maha mulia itu juga maha mencintai. Tentu saja, sebagaimana disebutkan dalam kitab Tanbihul Ghafilin tidak pantas memaknai cinta Allah sama seperti memaknai cinta makhluk yang merupakan kecondongan hati terhadap sesuatu karena Allah maha suci dari segala sesuatu yang menyerupakan-Nya dengan makhluk. Ketika Allah mencintai hambanya berarti Allah memberinya segala sesuatu yang mendekatkan diri hamba tersebut kepada-Nya. Allah juga lah yang memiliki hati ini. Dia lah yang meletakkan rasa cinta ini sehingga tak ada seorang pun yang mampu menolaknya.
Buat “Adi”, “Aal”, juga “Iman” sahabatku. Aku bangga dengan kalian.
Saat orang-orang mengobral cinta mereka dan mengungkapkannya dengan cara yang tidak pantas kalian semua lebih memilih cara yang elegan dan terhormat. Kalian lebih memilih jalan aman yang diikat dengan “NIKAH” dari pada cinta palsu yang diikat dengan istilah “PACARAN”.
Jangan pernah takut ikhtiar yang kalian lakukan dengan jalan “khitbah” itu tertolak!. Tidak ingatkah kalian bahwa Abu Bakar dan juga Umar pernah melamar tapi keduanya tertolak. Siapa yang tidak mengenal Abu Bakar RA. Dia yang diabadikan di dalam Al-Qur’an dengan sebutan “tsaniyatsnaini idz huma fil Ghar”, Sahabat Rasulullah SAW ketika berhijrah dan dialah yang pertama kali masuk Islam dari golongan orang dewasa. Begitu juga dengan Umar RA yang dikatakan oleh Sahabat Ibnu Mas’ud: “Semenjak masuk Islam Umar Bin Khattab kami senantiasa berada di dalam kemuliaan. Dahulu Islamnya Umar merupakan sebuah kemenangan, hijrahnya adalah sebuah pertolongan, kepemimpinannya adalah sebuah rahmat. Dan sesungguhnya dahulu kami tidak sanggup shalat di sekitar Ka’bah kecuali setelah Umar masuk Islam”(Ar-Rijal Haula Ar-Rasul: Khalid Muhammad Khalid).
Abu Bakar RA yang ketika itu telah menikahkan anaknya A’isyah RAH dengan Rasulullah datang kepada Rasulullah SAW dengan maksud melamar putri Rasul Fathimah RAH, namun Rasulullah menjawab: “Wahai Abu Bakar! Bersabarlah sampai datang ketentuan Allah”. Abu Bakar pun pergi menemui Umar RA, lantas Umar mengatakan: “Rasulullah telah menolak (lamaranmu) wahai Abu Bakar. Maka berkata Abu Bakar kepada Umar: Lamarlah Fathimah kepada Rasulullah. Umar pun segera melamarnya, namun jawaban Rasulullah sama dengan jawabannya terhadap lamaran Abu Bakar. Abu Bakar pun berkata kepada Umar: “Rasul sudah menolak (lamaranmu) wahai Umar. Akhirnya berita penolakan lamaran itu tersebar luas di kalangan muslimin. Karib kerabat Imam Ali RA segera mendesak Ali untuk melamar putri pemimpin umat itu. Esoknya Ali pun datang menemui Rasulullah. Rasulullah pun berkata: “apa keperluan anak dari Abi Thalib (datang kemari)?” Ali pun menjawab: “wahai Rasulullah aku teringat dengan Fathimah Binti Rasulullah” Lalu Rasul menjawab: “Marhaban Wa Ahlan!”. Akhirnya Rasul pun menemui putrinya Fathimah menceritakan lamaran dari Ali bin Abi Thalib dan mengatakan: “Ali teringat denganmu”. Fathimah hanya terdiam sambil tersipu malu. Maka Rasul pun segera faham Fathimah menerima lamaran Ali. (Ilaika Ayyuha Al-Fata Al-Muslim: Dr. Munir Muhammad Al-Ghadban)
Sahabat-sahabatku!
Dan kalaupun cinta kalian tertolak. Ketahuilah cinta itu bukan berarti memiliki. Cukuplah cinta itu ada, dan tidak melebihi cinta kalian semua terhadap Allah yang maha pengasih itu. Ingatlah kisah Khalifah Umar Bin Abdul Aziz. Pemimpin yang pada masa kekhalifahannya orang Islam sangat makmur dan sejahtera, sehingga tidak ada yang mau menerima harta zakat karena tidak ada lagi orang miskin.
Sebelum menjadi khalifah Umar bin Abdul Azis pernah jatuh cinta kepada seorang gadis, tapi cinta itu masih terhalang karena ia tidak diizinkan oleh istrinya Fatimah binti Abdul malik. Pada saat ia menjadi khalifah adalah saat dimana dia mengalami masa sulit, karena terus memikirkan amanah yang akan dipertanggungjawabkan olehnya kelak. Pernah pada suatu hari dia berkata kepada budaknya Muzahim yang juga sekaligus menterinya, “Bagaimana keadaan umat Islam hari ini?” tanya Umar. Lantas Muzahim menjawab : “semua dalam keadaan yang baik kecuali saya, anda dan juga baghal (kuda tunggangan) ini ya tuan”. Begitulah keadaan Khalifah umar bin Abdul Azis. Hampir tidak ada senyum di wajahnya. Untuk menghiburnya, istrinya Fatimah binti Abdul Malik datang kepadanya bersama gadis yang dicintai oleh Umar untuk segera dinikahinya, agar Umar kembali bisa tersenyum dan bahagia. Tapi anehnya Umar malah menikahi gadis itu dengan pemuda yang lain bukan dengan dirinya. Lalu perempuan itu berkata kepada Umar : “wahai Khalifah! Dulu engkau pernah sangat mencintaiku, tapi sekarang apakah cinta itu telah hilang?” Kemudian Umar menjawab: “Tidak,cinta itu tidak hilang, bahkan sekarang rasa itu lebih dalam”. (Agar Bidadari Cemburu Padamu )